Assallamu'alaikumm warohmatullahi wabbarokatu.
KEHANCURAN ISLAM KARENA PENGHIANATAN
DARI SEORANG PEMIMPIN TOGHUT YG BERSEKUTU DGN INGGRIS DAN KAUM KAFIR
LAINYA. NAMANYA TIDAK ASING DAN DIALAH PENGHIANAT YG TELAH MENGHANCURKAN
ISLAM LEBIH DALAM LEWAT AKAL DAN KEJAHATAN MEREKA BERSAMA ANTEK2 KAFIR DIALAH
MUSTAFA KAMAL ATTATURK.
SEPTEMBER 2012 tahun ini genap 88 tahun kaum
Muslimin hidup tanpa naungan Khilafah. Musthafa Kamal Attaturk, antek barat
keturunan yahudi yang lahir di Salanik atau Salonika (1880 M/1296 H) ini pada
tanggal 3 Maret 1924 melalui sidang Dewan Perwakilan Nasional, memecat
Khalifah, membubarkan sistem Khilafah, dan menghapus sistem pemerintahan Islam
yang telah berjalan ribuan tahun tersebut dari Khilafah Ustmaniyyah di Turki.
Sejak peristiwa 3 Maret 1924, kaum Muslimin hidup
tanpa naungan Khilafah, terpecah belah menjadi sekitar 60-an negara nasionalis
yang tidak terikat satu sama lain dengan ikatan yang shahih (aqidah Islam),
dihinakan, wilayahnya diduduki penjajah, darahnya ditumpahkan, kehormatannya
dilecehkan, dan agamanya dinistakan.
Kini, setelah 88 tahun berlalu, gaung kebangkitan
Islam yang sejak lama diperjuangkan mulai menampakkan hasilnya. Kaum Muslimin
di seluruh penjuru dunia melihat secercah harapan kembalinya kejayaan dan
keberkahan hidup di bawah naungan syariat Islam di bawah sistem pemerintahan
Islam, Khilafah Islamiyyah.
Nubuwwah dari Rasulullah SAW., yang memberitakan
akan berakhirnya masa kepemimpinan para diktaktor yang kejam dan bengis dan
menjadi awal kemunculan sistem Khilafah Islamiyyah yang mengikuti metode
kenabian mulai terlihat tanda-tandanya.
Keruntuhan
rezim diktaktor Tunisia, disusul Mesir, Libya, dan kini Suriah menjadi tanda
dan bukti benarnya berita kenabian Rasulullah SAW. Sementara itu, fenomena
kemunculan negara-negara Islam atau yang lebih dikenal dengan Imarah Islam,
seperti Imarah Islam Afghanistan, Imarah Islam Kaukasus, Imarah Islam Somalia,
dan Daulah Islam Iraq menjadi penanda dan bukti yang menguatkan bahwa masa
kedatangan Khilafah Islamiyyah yang mengikuti metode kenabian sudah semakin
dekat. Karena seluruh Imarah Islam yang ada bercita-cita mewujudkan Khilafah
Islamiyah mengikuti metode kenabian. Insha’Allah!
Bagaimana
Khilafah Islam Diruntuhkan ?
Syekh
Abdullah Azzam rahimahullah dalam bukunya ‘Al Manarah Al
Mafqudah’ (Pelita Yang Hilang) menjelaskan penyebab runtuhnya kekhilafahan.
Menurut beliau, orang-orang Eropa berpendapat bahwa cara yang paling mudah
untuk mematikan Islam adalah melayangkan pukulan mematikan memlalui tangan
putra-putranya yang mengaku sebagai kaum Muslimin.
Syekh
Abdullah Azzam rahimahullah dalam bukunya ‘Al Manarah Al
Mafqudah’ (Pelita Yang Hilang)
Musthafa Kamal Attaturk datang mewujudkan impian
yang belum pernah terbayangkan sebelumnya oleh orang-orang Eropa yakni memecat
Khalifah, membubarkan sistem Khilafah, dan menghapus sistem pemerintahan Islam
yang telah berjalan ribuan tahun dari Khilafah Ustmaniyyah di Turki.
Menurut Syekh Abdullah Azzam dalam ‘Al Manarah Al
Mafqudah’ buku beliau yang diterbitkan di Shada, perbatasan Afghanistan pada 26
Juni 1987 tersebut, Musthafa Kamal Attaturk lahir di kota Salonika atau kota
Yahudi, yang berpenduduk 140.000 jiwa, dimana 80.000 diantaranya adalah
orang-orang Yahudi Espana dan 20.000 lagi adalah orang-orang Yahudi Aldunama,
yakni kaum Yahudi yang berpura-pura masuk Islam (dokumen duta Inggris, Lother,
tanggal 29-5-1910), diterbitkan oleh Majalah Al-Mujtama’ no. 425-529,
1978.)
Mustafa Kamal Attaturk adalah agen dan antek
orang-orang kafir Eropa, terutama Inggris. Musthafa mengawali pengkhianatannya
ketika berada di Palestina, dengan mengadakan perjanjian dengan Allenby,
panglima pasukan Inggris. Dari pengkhianatan itu disepakati Musthafa menarik
pasukannya dari Palestina dan memberi kesempatan kepada Allenby untuk masuk
bersama pasukannya dalam keadaan tenang dan damai. Pasukan Allenby akhirnya
memukul mundur pasukan ke IV Turki dengan pukulan yang mematikan. Akibat dari
pengkhianatan awal Musthafa, kekuatan Turki hancur untuk selama-lamanya dimana
hasil pertempuran sangat memilukan, jumlah tawanan mendekati seratus ribu
tentara, di luar jumlah mereka yang mati oleh peluru orang-orang Druze dan
Armenis (Ar Rajulu Ash-Shanamu)
Musthafa Kamal Attaturk adalah agen dan antek
orang-orang kafir Eropa, terutama Inggris .
Syekh Abdullah Azzam membeberkan dalam ‘Pelita yang
Hilang’ bukti-bukti pengkhianatan Musthafa Kamal Attaturk dan kesepakatannya
dengan Inggris :
1.
Mundurnya Musthafa Kamal dari posisi strategis yang terlindung kuat, yakni di
timur Nabulus, yang dilakukan persis di malam masuknya pasukan Allenby, 19
September 1917, dengan mendadak dan dalam waktu yang singkat.Dhabith Tarki
Sabiq, mantan jenderal Turki, penulis buku Ar Rajulu Ash-Shanamu, Kamal
Attaturk (Manusia Berhala, Kamal Attaturk), menyatakan : “Di sini
terjadi kesepakatan antara Mustafa Kamal dengan panglima pasukan Inggris,
Jenderal Allenby, secara rahasia. Isi kesepakatan tersebut ialah Musthafa Kamal
akan menarik mundur pasukannya secara mendadak, sehingga tentara Turki tidak
mampu melakukan pertahanan. Tentu saja hal itu menyebabkan mereka jatuh ke
tangan musuh.
2.
Inggris mengadakan hubungan dengan Musthafa Kamal pada waktu dia masih menjadi
panglima pasukan di Palestina. Mereka membujuk Musthafa Kamal untuk mengadakan
pemberontakan terhadap Sultan dan Inggris berjanji untuk membantu rencana
tersebut.
3.
Setelah Allenby merebut kemenangan, maka ia datang ke Istambul. Dia meminta
Daulah Turki yang kalah untuk mengangkat Musthafa Kamal sebagai panglima
pasukan ke IV dekat wilayah Maushil (kota di Iraq), dimana pengaruh Inggris dan
daerah minyak terletak. Tujuannya supaya Musthafa Kamal dapat melindungi
berbagai kepentingan Inggris dan mengamankan mereka di sana.
4.
Musthafa Kamal, setelah kekalahan besar yang diderita Turki dan sesudah kembali
ke Turki, mempunyai hubungan rahasia dengan pastor yang dikenal dengan nama
Frid, seorang kapala intelejen Inggris di Turki.
5.
Sandiwara kemenangan yang gemilang di Anatolie, khususnya di wilayah Sicoria,
Azmir, dan Avion yang menjadikan Musthafa Kamal melambung ketenarannya bagaikan
sebuah lagenda. Maka sempurnalah sandiwara tersebut dengan penampilan yang
menghipnotis dan merampas perasaan hati itu. Inggris telah menekan Khalifah
sedemikian rupa sehingga dia nampak lemah dan tak berdaya. Sementara di sisi
lain mereka berpura-pura lemah menghadapi Musthafa Kamal agar nampak bahwa dia
adalah pahlawan satu-satunya di Turki.
Akhirnya pada tanggal 3 Maret 1924, Musthafa Kamal,
sang agen dan antek Inggris turunan Yahudi tersebut mengusulkan rencana untuk
menghapus, membubarkan khilafah, memisahkan antara agama dan negara, serta
mengganti Mahkamah Syariah dan Undang-Undang Syariah dengan Mahkamah Modern
(Thaghut) dan Undang-Undang Modern (Thaghut).
Syekh Abdullah Azzam mengomentari tindakan keji
Musthafa Kamal tersebut: “Sungguh Musthafa Kamal telah mencabut bangunan yang
tinggi dari pondasinya. Bangunan yang selama lima abad menjadi menara petunjuk
bagi kaum Muslimin, menjadi pelita yang menerangi kaum Muslimin di bumi Turki.”
Syekh Abdul Qadim Zallum, dalam bukunya “How The
Khilafah Destroyed” (Kaifa Hudimat al-Khilafah) menceritakan detik-detik
dimana Khilafah Islam terakhir di Turki diruntuhkan oleh antek dan agen
Inggris, Musthafa Kamal Attatruk.
Syekh
Abdul Qadim Zallum, dalam bukunya “How The Khilafah Destroyed” (Kaifa
Hudimat al-Khilafah)
“Pada
pagi hari tanggal 3 Maret 1924, diumumkan bahwa Majelis Nasional telah
menyetujui penghapusan Khilafah dan pemisahan agama dari urusan-urusan negara.
Pada malamnya, Musthafa Kamal mengirimkan perintah kepada gubernur Istambul
yang menetapkan bahwa Khalifah Abdul Majid harus meninggalkan Turki sebelum
fajar hari berikutnya. Pada tengah malam, gubernur bersama satu pasukan dari
kesatuan polisi dan militer mendatangi istana Khalifah. Khalifah dipaksa masuk
ke dalam mobil yang kemudian membawanya melintasi perbatasan menuju Swiss.
Setelah ia dibekali satu kopor berisi beberapa potong pakaian dan sejumlah
uang. Dua hari kemudian, Musthafa mengumpulkan seluruh pangeran dan putri
Sultan, kemudian mendeportasinya ke luar negeri. Seluruh peran agama dihapuskan
dan waqaf kaum Muslimin menjadi milik negara. Sekolah-sekolah agama diubah
menjadi sekolah umum di bawah pengawasan kementerian pendidikan. Demikianlah
bagaimana caranya Khilafah diruntuhkan. Khilafah benar-benar runtuh, dan ikut
runtuh pula Islam dalam kapasitasnya sebagai konstitusi negara, sebagai sumber
perundang-undangan umat, serta sebagai pedoman hidup. Semuanya itu adalah
perbuatan Inggris melalui kaki tangan dan agen mereka, si pengkhianat Musthafa
Kamal Pasha.”
Khalifah
Abdul Majid
Lihat
apa yang diucapkan Musthafa Kamal dalam pidatonya yang disampaikan pada anggota
dewan:
“Dengan
harga apa yang harus dibayar untuk menjaga Republik yang terancam ini dan
menjadikannya berdiri kokoh di atas prinsip ilmiah yang kuat? Jawabannya
Khalifah dan semua keturunan keluarga Utsman harus pergi (dari Turki),
pengadilan agama yang kuno dan undang-undangnya harus diganti dengan pengadilan
dan undang-undang modern, sekolah-sekolah kaum agamawan harus disterilkan
tempatnya untuk dijadikan sekolah-sekolah negeri yang non agama.”
DAN UMAT ISLAM PUN
TERCERAI BERAI TANPA BENTENG YG KOKOH.
Pasca diruntuhkannya Khilafah Islam yang terakhir di
Turki, umat Islam tercerai berai, bagai anak ayam kehilangan induknya. Kaum
Muslimin terpecah belah menjadi sekitar 60-an negara nasionalis yang tidak
terikat satu sama lain dengan ikatan yang shahih (aqidah Islam).
Setelah Khilafah Islam diruntuhkan, kaum Muslimin
berpecah belah dan menyebar pada jalan yang berbeda-beda laksana domba di malam
hujan, dimana kemudian kawanan serigala menerkam kaum Muslimin yang tercerai
berai tersebut. Semua musuh mencabut senjatanya dan menghunuskan pedangnya
untuk menyembelih siapapun dan dengan cara bagaimanapun yang mereka sukai.
Khilafah Islam, sang pelindung umat sudah tiada lagi.
Syekh mujahid, Usamah bin Ladin rahimahullah dalam
“Taujih Manhajiyah 2” menggambarkan derita umat akibat tercerai berai dan tidak
memiliki pemimpin.
Syekh
mujahid, Usamah bin Ladin rahimahullah dalam “Taujih
Manhajiyah 2”
“ Pada saat darah orang-orang Islam mengalir dan
ditumpahkan, di Palestina, Chechnya, Philipina, Kashmir dan Sudan, dan
anak-anak kita mati lantaran embargo Amerika di Irak. Dan ketika luka-luka kita
belum sembuh, sejak serangan-serangan salib terhadap dunia Islam pada
kurun yang lalu, dan yang merupakan hasil dari kesepakatan Saix-Piccot antara
Inggris dan Prancis, yang menyebabkan dunia Islam terbagi-bagi menjadi
potongan-potongan, sedangkan para kakitangan salib masih berkuasa di dalamnya
sampai hari ini, tiba-tiba keadaan yang serupa menghadang kita dengan
kesepakatan Saix-Piccot, yaitu kesepakatan Bush-Blair, akan tetapi kesepakatan
itu di bawah bendera yang sama, dan tujuannya juga sama. Benderanya adalah
bendera salib, dan tujuannya adalah merampas dan menghancurkan umat Nabi kitashollallohu
‘alai wa sallam yang dicintai.
Sesungguhnya kesepakatan Bush-Blair mengaku ingin
menghancurkan teroris, namun tidak samar lagi, meskipun bagi orang awam
sekalipun, bahwa kesepakatan itu bertujuan untuk menghancurkan Islam, namun
demikian para penguasa negara-negara kawasan timur tengah tetap saja menyatakan
dukungan mereka, melalui berbagai ceramah dan tulisan, terhadap terhadap
Bush di dalam memerangi teroris, yaitu memerangi Islam dan kaum muslimin, dalam
sebuah pengkhianatan yang jelas terhadap Islam dan umatnya, dengan dukungan
restu dari para ulama’ pemerintah dan para menterinya.”
Kesepakatan atau Perjanjian Saix-Piccot adalah
kesepakatan rahasia yang berlangsung pada tahun 1334 H ketika perang dunia
pertama antara Inggris dan Prancis, atas persetujuan Rusia untuk memecah-belah
Daulah ‘Utsmaniyah dan membagi daerah-daerah yang tunduk di bawah kekuasaan
‘Utsmaniyah --- yaitu Suriah, Irak, Lebanon dan Palestina --- ke daerah-daerah
yang tunduk kepada kekuasaan Prancis, sedangkan yang lainnya tunduk kepada
kekuasaan Inggris. Kesepakatan tersebut dinamakan dengan nama tersebut karena
dinisbatkan kepada pelakunya yaitu Marlk Saix orang Inggris dan George Piccot,
orang Perancis.
Syekh Usamah rahimahullah melanjutka:
“Dan sesungguhnya diantara tujuan
terpenting dari serangan salibis baru ini adalah mempersiapkan kondisi
negara-negara di wilayah timur tengah, setelah dilakukan pembagian, untuk
mendirikan negara Israel Raya, yang mencakup sebagian besar Irak dan Mesir
melewati Suria, Lebanon, Yordan, seluruh daerah Palestina dan sebagian besar
dari negeri haromain (dua tanah suci)”.
Lalu,
bagaimana caranya agar umat Islam yang tercerai berai tersebut bisa bersatu
kembali di bawah naungan Khilafah Islamiyyah? Bagaimana pula caranya menahan
keganasan orang-orang kafir yang membantai kaum Muslimin ?
Syekh
mujahid, Usamah bin Ladin menjawabnya: “Maka
jalan untuk menahan kekuatan orang-orang kafir adalah jihad fi sabilillah”,
sebagaimana firman Alloh SWT:
"
Maka berperanglah kamu pada jalan Allah, tidaklah kamu dibebani melainkan
dengan kewajiban kamu sendiri. Kobarkanlah semangat para mu'min (untuk
berperang). Mudah-mudahan Allah menolak serangan orang-orang yang kafir itu.
Allah amat besar kekuatan dan amat keras siksaan (Nya)." (Qs : An Nisa’: 84)
Sesungguhnya
umat Islam pada hari ini, atas karunia Allah SWT, mempunyai kekuatan yang
sangat besar yang cukup untuk menyelamatkan Palestina dan menyelamatkan
negeri-negeri umat Islam yang lain. Akan tetapi kekuatan ini terbelenggu, maka
kita harus berusaha untuk melepaskannya. Selain itu, sebenarnya umat ini telah
mendapat janji kemenangan, sehingga jika kemenangan itu tertunda maka hal itu
disebabkan oleh dosa-dosa kita dan berpangkutangannya kita dari membela Allah
SWT. Allah SWT berfirman:
"…
jika kamu menolong (agama) Alloh, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan
kedudukanmu." (Qs
: Muhammad: 7).
Bahkan
umat ini juga dijanjikan kemenangan atas orang-orang Yahudi, sebagaimana sabda
Rosululloh shollallohu ‘alai wa sallam:
"Hari
kiamat tidak akan terjadi sehingga kaum muslimin memerangi orang-orang yahudi,
lalu kaum musliminpun membunuh mereka, sampai-sampai ada seorang yahudi yang
bersembunyi dibalik batu dan pohon, lalu batu atau pohon itu berkata: 'wahai
orang Islam, wahai hamba Alloh ini orang yahudi dibelakangku, kemarilah
bunuhlah dia!. Kecuali pohon ghorqod, sesungguhnya ghorqod itu pohon
orang-orang yahudi." (HR.
Imam Muslim).
Maka di dalam hadits ini juga terdapat peringatan
bahwasanya pertarungan yang menentukan dengan musuh itu, terjadi dengan cara
pambunuhan dan peperangan, bukan dengan cara membuang-buang kekuatan umat
selama puluhan tahun, dengan melalui jalan lain, seperti tipu daya demokrasi
dan yang lainnya.
Gelombang Tsunami Revolusi Menghantam Kekuasaan Para
Diktaktor. Kini, setelah 88 tahun berlalu, gaung kebangkitan Islam yang sejak
lama diperjuangkan mulai menampakkan hasilnya. Kaum Muslimin di seluruh penjuru
dunia melihat secercah harapan kembalinya kejayaan dan keberkahan hidup di
bawah naungan syariat Islam di bawah sistem pemerintahan Islam, Khilafah
Islamiyyah.
Gelombang
Tsunami Revolusi Menghantam Kekuasaan Para Diktaktor
Nubuwwah dari Rasulullah SAW., yang memberitakan
akan berakhirnya masa kepemimpinan para diktaktor yang kejam dan bengis dan
menjadi awal kemunculan sistem Khilafah Islamiyyah yang mengikuti metode
kenabian mulai terlihat tanda-tandanya.
"Dari
Nu'man bin Basyir dari Hudzaifah bin Yaman radliallahu 'anhu, ia berkata bahwa
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Masa kenabian itu ada di tengah-tengah
kamu sekalian, adanya atas kehendak Allah. Allah mengangkatnya apabila Ia
menghendaki untuk mengangkatnya. Kemudian masa Khilafah yang mengikuti jejak
kenabian (KHILAFAH 'ALAA MINHAJIN NUBUWWAH), adanya atas kehendak Allah. Allah
mengangkatnya apabila Ia menghendaki untuk mengangkatnya. Kemudian masa
Kerajaan yang Diwariskan (MULKAN ADLON), adanya atas kehendak Allah. Allah
mengangkatnya apabila Ia menghendaki untuk mengangkatnya. Kemudian masa
Pemerintahan Diktaktor yang bengis (MULKAN JABARIYYAH), adanya atas kehendak
Allah. Allah mengangkatnya apabila Ia menghendaki untuk mengangkatnya. Kemudian
masa Khilafah yang mengikuti jejak kenabian (KHILAFAH 'ALAA MINHAJIN
NUBUWWAH)". Kemudian beliau (Nabi) diam." (H.R. Ahmad dan Al
Baihaqi).
Misykatul Mashabih: Bab Al Indzar wa Tahdzir, Al
Maktabah Ar Rahimiah, Delhi, India. Halaman 461. Musnad Ahmad, juz 4, halaman
273)
Syekh
Hasan Umar hafizhahullah dalam artikelnya yang berjudul “Ruha al-Islam
Dairah” (Roda Islam terus berputar) menjelaskan fase-fase dari Nubuwwah
Rasulullah SAW., secara panjang lebar dan terperinci.
“Nabi SAW., memberitahukan, pada saat itu masa
kenabian, bahwa masa kenabian beliau akan berlangsung di tengah umatnya ini
sampai masa beliau wafat. Setelah itu datang masa khilafah rasyidah yang akan
bertahan di tengah umat ini selama masa waktu tertentu. Kemudian Allah SWT.,
akan mengangkat masa tersebut.
Hal itu ternyata benar-benar terjadi. Kemudian
muncul masa raja ‘adhun, yaitu kerajaan yang diwariskan. Masa tersebut terjadi
sejak era Mu’awiyah bin Abi Sufyan RA, saat ia mengambil baiat untuk anaknya
Yazid bin Mu’awiyah padahal saat itu Mu’awiyah masih hidup. Kerajaan yang
diwariskan menjadi milik Bani Umayyah, lalu menjadi milik daulah Abbasiyah
sampai selesai, kemudian daulah Mamluk, dan daulah Utsmaniyah. Daulah
Utsmaniyah kemudian berakhir di tangan seorang sekuleris militeris, Musthafa
Kamal Attaturk. Negara-negara Eropa berperan besar dalam menjatuhkan daulah
Utsmaniyah, sehingga khilafah Utsmaniyah runtuh pada bulan Maret 1924 M.
Era kerajaan yang diwariskan (monarki) telah
berakhir, digantikan oleh pemerintahan militer atas negeri-negeri Islam pada
abad 20 M. Bahkan, meski pihak militer yang tidak naik ke kursi kekuasaan,
namun sisa-sisa kerajaan yang diwariskan seperti Arab Saudi, Yordania, dan
Maroko mempergunakan bantuan kekuatan militer yang besar, dengan peralatan dan
persenjataan modern untuk memberangus pihak oposisi dan siapa pun yang membenci
penguasa tersebut. Pemerintahan tersebut secara realita adalah pemerintahan diktator,
meski secara nama masih berupa kerajaan yang diwariskan.
Kekuasaan sepenuhnya digenggam oleh
pemerintahan-pemerintahan diktator tersebut dengan banyak metode. Metode yang
paling penting adalah: - aparat keamanan yang kuat yang menjaganya, memberangus
para oposisi, mempergunakan media massa dan para jurnalis untuk ‘mencetak’
(membentuk) akal pemikiran rakyat sesuai kehendak para penguasa, suatu cara
yang bisa disebut ‘operasi pencucian otak’. Mereka memenuhi otak rakyat dengan
pemikiran-pemikiran yang mendukung para penguasa atau melalaikan rakyat dari
dien Allah dan problematika-problematika umat yang paling menentukan nasib
mereka, yaitu media massa memberikan porsi yang sangat besar untuk aspek seni,
olahraga, lagu-lagu (musik), lawakan, dan seterusnya.
Para tokoh agama yang berubah menjadi para pegawai
pemerintahan. Ketika melihat kemungkaran, mereka memegang prinsip: ‘Saya tidak melihat, tidak mendengar, dan
tidak mengatakan’. Mereka berperan seperti para pendeta yang menganggap
suci para penguasa, bukan berperan sebagai tokoh iman yang mengingkari
kemungkaran penguasa dan meluruskan kekeliruannya, bukan pula berperan sebagai
pemimpin umat yang mengembalikan hak-hak umat yang hilang.
Diantara metode terpenting para penguasa diktator
tersebut adalah mengikuti kemauan Barat di bidang politik dan militer, dengan
mencampakkan persoalan Palestina dari realita perjuangan, karena mereka semua
sibuk menjalin perdamaian dengan Israel.
Maka kekuatan militer Amerika dipersilahkan bercokol
di Kuwait, Teluk, dan Arab Saudi. Sikap politik negara-negara kawasan Teluk
berada di bawah payung politik Amerika. Amerika bahkan melakukan intervensi
sangat dalam, sampai taraf menentukan para penguasa di beberapa negeri Islam.
Para penguasa tersebut meminta bantuan kekuatan adidaya (salibis Amerika dan
Eropa) ini dan mereka menindas rakyat mereka sendiri. Maka mereka layak
menyandang nama ‘Pemerintahan Diktator’.
Kini nasib para pemerintahan diktator ini mulai
sempoyongan dan hendak roboh, dengan dimulainya revolusi rakyat di Tunisia,
lalu di Mesir, lalu demonstrasi-demonstrasi dan bentrokan-bentrokan terjadi di
Yaman, Libya, dan lain-lain. Semuanya terjadi secara berentetan, dengan
kecepatan yang mengagumkan. Semuanya memiliki kemiripan dan beraksi secara
cepat.
Kita tidak melihat ada penafsiran atas berbagai
kejadian ini yang lebih jujur dari penafsiran Nabi SAW, yang telah
memberitahukan kepada kita bahwa pemerintahan diktator akan menguasai umat ini
selama masa yang Allah kehendaki. Allah kemudian akan mengangkatnya jika Allah
telah menghendakinya.”Mari bangkitkan Hukum ALLAH Wa Rasulullah, mari satukan
barisan dalam mebangun kembali KHILAFAH ISLAMIAH. yg mengikuti manhaj Kenabian.
bahwa dengan mendirikan Khilafah Islamiah kita semua akan membentengi diri dari
berbagai macam kejahatan yg di timbulkan oleh orang-orang kafir.
MUSTAFA
KEMAL ATTATURK Penghianat yg Telah Mendirikan Hukum Toghut bersama Orang2
KAFIR.
"Masa
kenabian itu ada di tengah-tengah kamu sekalian, adanya atas kehendak Allah.
Allah mengangkatnya apabila Ia menghendaki untuk mengangkatnya. Kemudian masa
Khilafah yang mengikuti jejak kenabian (KHILAFAH 'ALAA MINHAJIN NUBUWWAH),
adanya atas kehendak Allah. Allah mengangkatnya apabila Ia menghendaki untuk
mengangkatnya. Kemudian masa Kerajaan yang Diwariskan (MULKAN ADLON), adanya
atas kehendak Allah. Allah mengangkatnya apabila Ia menghendaki untuk
mengangkatnya. Kemudian masa Pemerintahan Diktaktor yang bengis (MULKAN
JABARIYYAH), adanya atas kehendak Allah. Allah mengangkatnya apabila Ia
menghendaki untuk mengangkatnya. Kemudian masa Khilafah yang mengikuti jejak
kenabian (KHILAFAH 'ALAA MINHAJIN NUBUWWAH)". Kemudian RASULULLAH
diam." (H.R. Ahmad dan Al Baihaqi. Misykatul Mashabih: Bab Al Indzar wa
Tahdzir, Al Maktabah Ar Rahimiah, Delhi, India. Halaman 461. Musnad Ahmad, juz
4, halaman 273).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar