Kamis, 21 Februari 2019

LAPORAN PENDAHULUAN HIPERTEN



A. Defenisi Hipertensi
Hipertensi adalah keadaan menetap tekanan sistolik melebih dari 140 mmHg atau tekanan diastolik lebih tinggi dari 90 mmHg. Diagnostik ini dapat dipastikan dengan mengukur rata-rata tekanan darah pada 2 waktu yang terpisah (FKUI, 2001).
Menurut WHO (1978) batas tekanan darah yang masih dianggap normal adalah 140/90 mmHg dan tekanan darah sama dengan atau di atas 160/95 mmHg dinyatakan sebagai hipertensi. Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah di atas normal yaitu bila tekanan sistolik (atas) 140 mmHg atau lebih dan tekanan diastolic (bawah) 90 mmHg atau lebih.

 B. Etiologi Hipertensi
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi 2 golongan.
1.      Hipertensi primer (esensial)
Disebut juga hipertensi idiopatik karena tidak diketahui penyebabnya. Faktor yang mempengaruhinya yaitu : genetik, lingkungan, hiperaktifitas saraf simpatis, sistem renin. Angiotensin dan peningkatan Na + Ca intraseluler. Faktor-faktor yang meningkatkan resiko : obesitas, merokok, alcohol, dan polisitemia.
2.      Hipertensi sekunder
Penyebab yaitu : penggunaan estrogen, penyakit ginjal, sindrom cushing dan hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan.

Hipertensi pada usia lanjut dibedakan atas :
1.      Hipertensi dimana tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140 mmHg dan/atau tekanan diastolic sama atau lebih besar dari 90 mmHg.
2.      Hipertensi sistolik terisolasi dimana tekanan sistolik lebih besar darin160 mmHg dan tekanan diastolic lebih rendah dari 90 mmHg.

Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya perubahan-perubahan pada :
1.      Elastisitas dinding aorta menurun
2.      Katub jantung menebal dan menjadi kaku
3.      Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun kemampuan jantung memompa darah menurun menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya
4.      Kehilangan elastisitas pembuluh darah. Hal ini terjadi karena kurangnya efektivitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi
5.      Meningkatkan resistensi pembuluh darah kapiler

Secara klinis derajat hipertensi dapat dikelompokkan yaitu :

No.
Kategori
Sistolik (mmHg)
Diastolik (mmHg)
1.
Optimal
<120
<80
2.
Normal
120 - 129
80 – 84
3.
High normal
130 – 139
85 – 89
4.
Hipertensi


5.
Grade 1 (ringan)
140-159
90 – 99
6.
Grade 2 (sedang)
160-179
100 – 109
7.
Grade 3 (berat)
180-209
100 – 119
8.
Grade 4 (sangat berat)
>210
>120

C.    Patofisiologi

            Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitive terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.

            Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan rennin. Rennin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.

            Untuk pertimbangan gerontology. Perubahan struktural dan fungsional pada sistem pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup), mengakibatkan penurunan curang jantung dan peningkatan tahanan perifer (Brunner & Suddarth, 2002).

D.    Manifestasi Klinis 
      Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi :
1)      Tidak Ada Gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur.
2)      Gejala Yang Lazim
            Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi nyeri kepala   dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan gejala terlazim yang mengenai       kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis.

            Beberapa gejala pasien yang menderita hipertensi yaitu :
a.       Mengeluh sakit kepala, pusing
b.      Lemas, kelelahan
c.       Sesak napas
d.      Gelisah
e.       Mual
f.        Muntah
g.      Epistaksis
h.      Kesadaran menurun

E.     Pemeriksaan Penunjang

1.      Pemeriksaan Laboratorium
·         Hb/Ht : untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan(viskositas) dan dapat mengindikasikan factor resiko seperti : hipokoagulabilitas, anemia.
·         BUN / kreatinin : memberikan informasi tentang perfusi / fungsi ginjal.
·         Glucosa : Hiperglikemi (DM adalah pencetus hipertensi) dapatdiakibatkan oleh pengeluaran kadar ketokolamin.
·         Urinalisa : darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal danada DM.
2.      CT Scan : Mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati
3.      EKG : Dapat menunjukan pola regangan, dimana luas, peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.
4.      IUP : mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti : Batu ginjal, perbaikan ginjal.
5.      Photo dada : Menunjukan destruksi kalsifikasi pada area katup, pembesaran jantung.



F.     Penatalaksanaan Umum

Modifikasi gaya hidup
Tak mencapai sasaran TD (< 140/90 mmHg atau < 130/80 mmHg pada penderita DM atau penyakit ginjal kronik
 




Pilihan obat untuk terapi permulaan
Hipertensi tanpa indikasi khusus
Hipertensi indikasi khusus
Hipertensi derajat 1
(TD) Sistolik 140-159 mmHg atau TD diastolic 90-99 mmHg)
Umumnya diberikan diuretic gol Thiaxide. Bisa dipertimbangkan pemberian penghambat EKA, ARB, penyekat β, antagonis Ca atau kombinasi

Hipertensi derajat 2
(TD sistolik ≥ 160 mmHg atau TD diastolik > mmHg)
Umumnya diberikan kombinasi 2 macam obat) biasanya diuretic gol. Thiazide dan penghambat EKA, atau ARB atau penyekat β atau antagonis Ca
Hipertensi derajat 3
Obat-obatan untuk indikasi khusus
Obat anti hipertensi lainnya (diuretic, penghambat EKA, ARB, penyekat β, antagonis Ca) sesuai yang diperlukan
Sasaran tekanan darah tak tercapai
Optimalkan dosis atau penambahan jenis obat sampai target tekanan darah tercapai. Pertimbangkan konsultasi denga spesialis hipertensi

 

G.    Diagnosa Keperawatan
1.      Penurunan curah jantung b.d peningkatan afterload, vasokonstriksi, hipertrofi/rigiditas ventrikuler, iskemia miokard
2.      Nyeri akut b.d peningkatan tekanan vaskuler/serebral dan iskemia
3.      Intoleransi aktivitas b.d kelemahan, ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen
4.      Defisiensi pengetahuan

H.    Intervensi
1.      Penurunan curah jantung b.d peningkatan afterload, vasokonstriksi, hipertrofi/rigiditas ventrikuler, iskemia miokard
Diagnosa Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil
Intervensi
Penurunan curah jantung

Definisi : ketidakadekuatan darah yang dipompa oleh jantung untuk memenuhi kebutuhan metabolik tubuh

Batasan karakteristik :
·         Perubahan frekuensi/irama jantung
-          Aritmia
-          Bradikardi, takikardi
-          Perubahan EKG
-          Palpitasi
·         Perubahan preload
-          Penurunan tekanan vena central
-          Penurunan tekanan arteri paru
-          Edema, keletihan
-          Peningkatan CVP
-          Peningkatan PAWP
-          Distensi vena jugularis
-          Murmur
-          Peningkatan berat badan
·         Perubahan afterload
-          Kulit lembab
-          Penurunan nadi perifer
-          Penurunan resistansi vascular paru
-          Penurunan resistansivaskular sistemik
-          Dispnea
-          Peningkatan PVR
-          Peningkatan SVR
-          Oliguria
-          Pengisian kapiler memanjang
-          Perubahan warna kulit
-          Variasi pada pembacaan tekanan darah
·         Perubahan kontraktilitas
-          Batuk, crackle
-          Penurunan indeks jantung
-          Penurunan fraksi ejeksi
-          Ortopnea
-          Dispnea paroksimal nocturnal
-          Penurunan LVSWI (left ventricular stroke work index)
-          Bunyi S3, bunyi S4
·         Perilaku/emosi
-          Ansietas, gelisah

Faktor yang berhubungan :

·         Perubahan afterload
·         Perubahan kontraktilitas
·         Perubahan frekuensi jantung
·         Perubahan preload
·         Perubahan irama
·         Perubahan volume sekuncup
NOC

v  Cardic pump effectiveness
v  Circulation status
v  Vital sign status

Kriteria Hasil :

v  Tanda vital dalam rentang normal
v  Dapat mentoleransi aktivitas, tidak ada kelelahan
v  Tidaka ada edema paru, perifer, dan tidak ada asites
v  Tidaka ada penurunan kesadaran
NIC

Cardiac care

-          Evaluasi adanya nyeri dada (intensitas, lokasi, durasi)
-          Catat adanya distrimia jantung
-          Catat adanya tanda dan gejala penurunan cardiac output
-          Monitor status kardiovaskuler
-          Monitor status pernafasan yang menandakan gagal jantung
-          Monitor abdomen sebagai indicator penurunan perfusi
-          Monitor balance cairan
-          Monitor adanya perubahan tekanan darah
-          Monitor respon pasien terhadap efek pengobatan anti aritmia
-          Atur periode latihan dan istirahat untuk menghindari kelelahan
-          Monitor toleransi aktivitas pasien
-          Monitor adanya dispnea, fatigue, takipnea, dan ortopnea
-          Anjurkan untuk menurunkan stress

Vital Sign monitoring

-          Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
-          Catat adanya fluktuasi tekanan darah
-          Monitor VS saat pasien berbaring, duduk, atau berdiri
-          Auskultasi TD pada kedua lengan dan bandingkan
-          Monitor TD, nadi, RR sebelum, selama, dan setelah aktivitas
-          Monitor kualitas dari nadi
-          Monitor adanya pulsus alterans
-          Monitor jumlah dan irama jantung
-          Monitor bunyi jantung
-          Monitor frekuensi dan irama pernafasan
-          Monitor suara paru
-          Monitor pola pernafasan abnormal
-          Monitor suhu, warna, kelembaban kulit
-          Monitor sianosis perifer
-          Identifikasi penyebab dari perubahan vital sign

2.      Nyeri akut b.d peningkatan tekanan vaskuler/serebral dan iskemia
Diagnosa Keperawatan
Tujuan dan kriteria hasil
Intervensi

Nyeri akut

Definisi : Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan yang muncul akibat kerusakan jaringan yang actual atau potensial atau digambarkan dalam hal kerusakan sedemikian rupa (International Association for the study of Pain) : awitan yang tiba-tiba atau lambat dari intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat diantisipasi atau diprediksi dan berlangsung <6 bulan.

Batasan Karakteristik :

·         Perubahan selera makan
·         Perubahan tekanan darah
·         Perubahan frekwensi jantung
·         Perubahan frekwensi pernafasan
·         Laporan isyarat
·         Diaforesis
·         Perilaku distraksi (mis, berjalan mondar-mandir mencari orang lain dan atau aktivitas lain, aktivitas yang berulang)
·         Mengekspresikan perilaku (mis, gelisah, merengek, menangis)
·         Masker wajah (mis, mata kurang bercahayam tampak kacau, gerakan mata berpancar atau tetap pada satu fokus meringis)
·         Sikap melindungi area nyeri
·         Fokus menyempit (mis, gangguan persepsi nyeri, hambatan proses berfikir, penurunan interaksi dengan orang dan lingkungan)
·         Indikasi nyeri yang dapat diamati
·         Perubahan posisi untuk menghindari nyeri
·         Sikap tubuh melindungi
·         Dilatasi pupil
·         Melaporkan nyeri secara verbal
·         Gangguan tidur

Faktor yang berhubungan :

·         Agen cedera (mis, biologis, zat kimia, fisik, psikologis)
NOC

v Pain level
v Pain control
v Comfort level

Kriteria hasil :

v Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan)
v Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemenn nyeri
v Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi, dan tanda nyeri)
v Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
NIC

Pain Management

-        Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, dan faktor presipitasi
-        Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
-        Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien
-        Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri
-        Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
-        Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain tentang ketidakefektifan kontrol nyeri masa lampau
-        Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan
-        Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan, dan kebisingan
-        Kurangi faktor presipitasi nyeri
-        Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non farmakologi, dan interpersonal)
-        Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi
-        Ajarkan tentang teknik non farmakologi
-        Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
-        Evaluasi keefektifan control nyeri
-        Tingkatkan istirahat
-        Kolaborasikan denngan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil
-        Monitor penerimaan pasien tentang manajemen nyeri

Analgesic Administration

-        Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan derajat nyeri sebelum pemberian obat
-        Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis, dan frekuensi
-        Cek riwayat alergi
-        Pilih analgesik yang diperlukan atau kombinasi dari analgesik ketika pemberian lebih dari satu
-        Tentukan pilihan analgesik tergantung tipe dan beratnya nyeri
-        Tentukan analgesic pilihan, rute pemberian, dan dosis optimal
-        Pilih rute pemberian secara IV, IM untuk pengobatan nyeri secara teratur
-        Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik pertama kali
-        Berikan analgesik tepat waktu terutama saat nyeri hebat
-        Evaluasi efektivitas analgesik, tanda, dan gejala

3.      Intoleransi aktivitas b.d kelemahan, ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen
Diagnosa Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil
Intervensi
Intoleransi aktivitas

Definisi : ketidakcukupan energi psikologis atau fisiologis untuk melanjutkan atau menyelesaikan aktivitas kehidupan sehari-hari yang harus atau yang ingin dilakukan

Batasan karakteristik :
·         Respon tekanan darah abnormal terhadap aktivitas
·         Respon frekwensi jantung abnormal terhadap aktivitas
·         Perubahan EKG yang mencerminkan aritmia
·         Perubahan EKG yang mencerminkan iskemia
·         Ketidaknyamanan setelah beraktivitas
·         Dispnea setelah beraktivitas
·         Menyatakan merasa letih
·         Menyatakan merasa lemah

Faktor yang berhubungan:

·         Tirah baring atau imobilisasi
·         Kelemahan umum
·         Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
·         Imobilitas
·         Gaya hidup monoton
NOC

v  Energy conservation
v  Activity tolerance
v  Self Care : ADLs

Kriteria hasil :
v  Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan tekanan darah, nadi, dan RR
v  Mampu melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri
v  Tanda tanda vital normal
v  Mmapu berpindah : dengan atau tanpa bantuan alat
v  Status kardiopulmonari adekuat
v  Sirkulasi status baik
v  Status respirasi : pertukaran gas dan ventilasi adekuat
NIC

Activity Therapy

-          Kolaborasikan dengan tenaga rehabilitasi medik dalam merencanakan program terapi yang tepat
-          Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan
-          Bantu untuk memilih aktivitas konsistensi yang sesuai dengan kemampuan fisik, psikologi, dan social
-          Bantu untuk mengidentifikasi dan mendapatkan sumber yang diperlukan untuk aktivitas yang diinginkan
-          Bantu untuk mendapatkan alat bantuan aktivitas seperti kursi roda, krek
-          Bantu untuk mengidentifikasi aktivitas yang disukai
-          Bantu klien untuk membuat jadwal latihan di waktu luang
-          Bantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi kekurangan dalam beraktivitas
-          Sediakan penguatan positif bagi yang aktif beraktivitas
-          Bantu pasien untuk mengembangkan motivasi diri dan penguatan
-          Monitor respon fisik, emosi, social, dan spiritual

4.      Defisiensi pengetahuan
Diagnosa Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil
Intervensi
Defisiensi pengetahuan

Definisi : ketiadaan atau defisiensi informasi kognitif yang berkaitan dengan topik tertentu

Batasan karakteristik :

·         Perilaku hiperbola
·         Ketidakakuratan mengikuti perintah
·         Ketidakakuaratan melakukan tes
·         Perilaku tidak tepat (mis., hysteria, bermusuhan, agitasi, apatis)
·         Pengungkapan masalah

Faktor yang berhubungan:

·         Keterbatasan kognitif
·         Salah interpretasi informasi
·         Kurang pajanan
·         Kurang minat dalam belajar

NOC

v  Knowledege : disease process
v  Knowledge : health Behaviour

Kriteria Hasil :

v  Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi, prognosis, dan program pengobatan
v  Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur secara benar
v  Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan perawat/tim kesehatan lainnya
NIC

Teaching : disease Process

-          Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan pasien tentang proses penyakit yang spesifik
-          Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal ini berhubungan dengan anatomi fisiologi, dengan cara yang tepat
-          Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit, dengan cara yang tepat
-          Gambarkan proses penyakit, dengan cara yang tepat
-          Identifikasi kemungkinan penyebab, dengan cara yang tepat
-          Sediakan informasi pada pasien tentang kondisi, dengan cara yang tepat
-          Hindari jaminan yang kosong
-          Sediakan bagi keluarga atau SO informasi tentang kemajuan pasien dengan cara yang tepat
-          Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin diperlukan untuk mencegah komplikasi di masa yang akan dating dan atau proses pengontrolan penyakit
-          Diskusikan pilihan terapu atau penanganan
-          Dukung pasien untuk mengekspolarasi atau mendapatkan second opinion dengan cara yang tepat atau diindikasikan
-          Rujuk pasien pada grup atau agresi di komunitas lokal, dengan cara  yang tepat
-          Instruksikan pasien mengenai tanda dan gejala untuk melaporkan pada pemberi perawatan kesehatan, dengan cara yang tepat




DAFTAR PUSTAKA

Amin Huda Nurarif & Hardhi Kusuma, 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosis Medis dan NANDA NIC NOC Edisi Revisi jilid 2. Yogyakarta : Mediaction