A. Defenisi
Hipertensi
Hipertensi adalah keadaan menetap
tekanan sistolik melebih dari 140 mmHg atau tekanan diastolik lebih tinggi dari
90 mmHg. Diagnostik ini dapat dipastikan dengan mengukur rata-rata tekanan
darah pada 2 waktu yang terpisah (FKUI, 2001).
Menurut WHO (1978) batas tekanan
darah yang masih dianggap normal adalah 140/90 mmHg dan tekanan darah sama
dengan atau di atas 160/95 mmHg dinyatakan sebagai hipertensi. Hipertensi
adalah peningkatan tekanan darah di atas normal yaitu bila tekanan sistolik
(atas) 140 mmHg atau lebih dan tekanan diastolic (bawah) 90 mmHg atau lebih.
Berdasarkan
penyebabnya hipertensi dibagi menjadi 2 golongan.
1. Hipertensi primer (esensial)
Disebut juga hipertensi idiopatik
karena tidak diketahui penyebabnya. Faktor yang mempengaruhinya yaitu :
genetik, lingkungan, hiperaktifitas saraf simpatis, sistem renin. Angiotensin
dan peningkatan Na + Ca intraseluler. Faktor-faktor yang meningkatkan resiko :
obesitas, merokok, alcohol, dan polisitemia.
2. Hipertensi sekunder
Penyebab yaitu : penggunaan
estrogen, penyakit ginjal, sindrom cushing dan hipertensi yang berhubungan
dengan kehamilan.
Hipertensi
pada usia lanjut dibedakan atas :
1. Hipertensi dimana tekanan
sistolik sama atau lebih besar dari 140 mmHg dan/atau tekanan diastolic sama
atau lebih besar dari 90 mmHg.
2. Hipertensi sistolik terisolasi
dimana tekanan sistolik lebih besar darin160 mmHg dan tekanan diastolic lebih
rendah dari 90 mmHg.
Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia
adalah terjadinya perubahan-perubahan pada :
1. Elastisitas dinding aorta menurun
2. Katub jantung menebal dan menjadi
kaku
3. Kemampuan jantung memompa darah
menurun 1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun kemampuan jantung memompa
darah menurun menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya
4. Kehilangan elastisitas pembuluh
darah. Hal ini terjadi karena kurangnya efektivitas pembuluh darah perifer
untuk oksigenasi
5. Meningkatkan resistensi pembuluh
darah kapiler
Secara klinis derajat hipertensi dapat
dikelompokkan yaitu :
No.
|
Kategori
|
Sistolik (mmHg)
|
Diastolik (mmHg)
|
1.
|
Optimal
|
<120
|
<80
|
2.
|
Normal
|
120 - 129
|
80 – 84
|
3.
|
High normal
|
130 – 139
|
85 – 89
|
4.
|
Hipertensi
|
|
|
5.
|
Grade 1 (ringan)
|
140-159
|
90 – 99
|
6.
|
Grade 2 (sedang)
|
160-179
|
100 – 109
|
7.
|
Grade 3 (berat)
|
180-209
|
100 – 119
|
8.
|
Grade 4 (sangat berat)
|
>210
|
>120
|
C.
Patofisiologi
Mekanisme
yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak dipusat vasomotor,
pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis,
yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla
spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor
dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui sistem saraf
simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan
asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh
darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi
pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat
mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu
dengan hipertensi sangat sensitive terhadap norepinefrin, meskipun tidak
diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada
saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai
respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan
tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan
vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang
dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang
mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan rennin. Rennin
merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin
II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi
aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air
oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler. Semua
faktor ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.
Untuk
pertimbangan gerontology. Perubahan struktural dan fungsional pada sistem
pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi
pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya
elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh
darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang
pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya
dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup),
mengakibatkan penurunan curang jantung dan peningkatan tahanan perifer (Brunner
& Suddarth, 2002).
D.
Manifestasi
Klinis
Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan
menjadi :
1) Tidak Ada Gejala
Tidak ada gejala yang spesifik
yang dapat dihubungkan dengan peningkatan tekanan darah, selain penentuan
tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial
tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur.
2) Gejala Yang Lazim
Sering
dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi nyeri kepala
dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini
merupakan gejala terlazim yang mengenai kebanyakan
pasien yang mencari pertolongan medis.
Beberapa
gejala pasien yang menderita hipertensi yaitu :
a. Mengeluh sakit kepala, pusing
b. Lemas, kelelahan
c. Sesak napas
d. Gelisah
e. Mual
f.
Muntah
g. Epistaksis
h. Kesadaran menurun
E.
Pemeriksaan
Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
·
Hb/Ht :
untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan(viskositas) dan
dapat mengindikasikan factor resiko seperti : hipokoagulabilitas, anemia.
·
BUN /
kreatinin : memberikan informasi tentang perfusi / fungsi ginjal.
·
Glucosa :
Hiperglikemi (DM adalah pencetus hipertensi) dapatdiakibatkan oleh pengeluaran
kadar ketokolamin.
·
Urinalisa
: darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal danada DM.
2. CT Scan : Mengkaji adanya tumor
cerebral, encelopati
3. EKG : Dapat menunjukan pola
regangan, dimana luas, peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini
penyakit jantung hipertensi.
4. IUP : mengidentifikasikan
penyebab hipertensi seperti : Batu ginjal, perbaikan ginjal.
5. Photo dada : Menunjukan destruksi
kalsifikasi pada area katup, pembesaran jantung.
F. Penatalaksanaan Umum
Modifikasi
gaya hidup
|
Tak
mencapai sasaran TD (< 140/90 mmHg atau < 130/80 mmHg pada penderita
DM atau penyakit ginjal kronik
|
Pilihan
obat untuk terapi permulaan
|
Hipertensi
tanpa indikasi khusus
|
Hipertensi
indikasi khusus
|
Hipertensi
derajat 1
(TD)
Sistolik 140-159 mmHg atau TD diastolic 90-99 mmHg)
Umumnya
diberikan diuretic gol Thiaxide. Bisa dipertimbangkan pemberian penghambat
EKA, ARB, penyekat β, antagonis Ca atau kombinasi
|
Hipertensi
derajat 2
(TD
sistolik ≥ 160 mmHg atau TD diastolik > mmHg)
Umumnya
diberikan kombinasi 2 macam obat) biasanya diuretic gol. Thiazide dan
penghambat EKA, atau ARB atau penyekat β atau antagonis Ca
|
Hipertensi
derajat 3
Obat-obatan
untuk indikasi khusus
Obat
anti hipertensi lainnya (diuretic, penghambat EKA, ARB, penyekat β,
antagonis Ca) sesuai yang diperlukan
|
Sasaran
tekanan darah tak tercapai
|
Optimalkan
dosis atau penambahan jenis obat sampai target tekanan darah tercapai.
Pertimbangkan konsultasi denga spesialis hipertensi
|
G.
Diagnosa
Keperawatan
1. Penurunan
curah jantung b.d peningkatan afterload, vasokonstriksi, hipertrofi/rigiditas
ventrikuler, iskemia miokard
2. Nyeri
akut b.d peningkatan tekanan vaskuler/serebral dan iskemia
3. Intoleransi
aktivitas b.d kelemahan, ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen
4. Defisiensi
pengetahuan
H. Intervensi
1. Penurunan
curah jantung b.d peningkatan afterload, vasokonstriksi, hipertrofi/rigiditas
ventrikuler, iskemia miokard
Diagnosa Keperawatan
|
Tujuan dan
Kriteria Hasil
|
Intervensi
|
Penurunan curah
jantung
Definisi :
ketidakadekuatan darah yang dipompa oleh jantung untuk memenuhi kebutuhan
metabolik tubuh
Batasan
karakteristik :
·
Perubahan frekuensi/irama jantung
-
Aritmia
-
Bradikardi, takikardi
-
Perubahan EKG
-
Palpitasi
·
Perubahan preload
-
Penurunan tekanan vena central
-
Penurunan tekanan arteri paru
-
Edema, keletihan
-
Peningkatan CVP
-
Peningkatan PAWP
-
Distensi vena jugularis
-
Murmur
-
Peningkatan berat badan
·
Perubahan afterload
-
Kulit lembab
-
Penurunan nadi perifer
-
Penurunan resistansi vascular paru
-
Penurunan resistansivaskular sistemik
-
Dispnea
-
Peningkatan PVR
-
Peningkatan SVR
-
Oliguria
-
Pengisian kapiler memanjang
-
Perubahan warna kulit
-
Variasi pada pembacaan tekanan darah
·
Perubahan kontraktilitas
-
Batuk, crackle
-
Penurunan indeks jantung
-
Penurunan fraksi ejeksi
-
Ortopnea
-
Dispnea paroksimal nocturnal
-
Penurunan LVSWI (left ventricular stroke work index)
-
Bunyi S3, bunyi S4
·
Perilaku/emosi
-
Ansietas, gelisah
Faktor
yang berhubungan :
·
Perubahan afterload
·
Perubahan kontraktilitas
·
Perubahan frekuensi jantung
·
Perubahan preload
·
Perubahan irama
·
Perubahan volume sekuncup
|
NOC
v Cardic pump
effectiveness
v Circulation
status
v Vital sign
status
Kriteria Hasil :
v Tanda vital dalam
rentang normal
v Dapat
mentoleransi aktivitas, tidak ada kelelahan
v Tidaka ada edema
paru, perifer, dan tidak ada asites
v Tidaka ada
penurunan kesadaran
|
NIC
Cardiac care
-
Evaluasi adanya nyeri dada (intensitas, lokasi,
durasi)
-
Catat adanya distrimia jantung
-
Catat adanya tanda dan gejala penurunan cardiac
output
-
Monitor status kardiovaskuler
-
Monitor status pernafasan yang menandakan gagal
jantung
-
Monitor abdomen sebagai indicator penurunan perfusi
-
Monitor balance cairan
-
Monitor adanya perubahan tekanan darah
-
Monitor respon pasien terhadap efek pengobatan anti
aritmia
-
Atur periode latihan dan istirahat untuk menghindari
kelelahan
-
Monitor toleransi aktivitas pasien
-
Monitor adanya dispnea, fatigue, takipnea, dan
ortopnea
-
Anjurkan untuk menurunkan stress
Vital Sign monitoring
-
Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
-
Catat adanya fluktuasi tekanan darah
-
Monitor VS saat pasien berbaring, duduk, atau
berdiri
-
Auskultasi TD pada kedua lengan dan bandingkan
-
Monitor TD, nadi, RR sebelum, selama, dan setelah aktivitas
-
Monitor kualitas dari nadi
-
Monitor adanya pulsus alterans
-
Monitor jumlah dan irama jantung
-
Monitor bunyi jantung
-
Monitor frekuensi dan irama pernafasan
-
Monitor suara paru
-
Monitor pola pernafasan abnormal
-
Monitor suhu, warna, kelembaban kulit
-
Monitor sianosis perifer
-
Identifikasi penyebab dari perubahan vital sign
|
2. Nyeri
akut b.d peningkatan tekanan vaskuler/serebral dan iskemia
Diagnosa Keperawatan
|
Tujuan dan kriteria hasil
|
Intervensi
|
Nyeri
akut
Definisi
: Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan yang muncul akibat
kerusakan jaringan yang actual atau potensial atau digambarkan dalam hal
kerusakan sedemikian rupa (International Association for the study of Pain) :
awitan yang tiba-tiba atau lambat dari intensitas ringan hingga berat dengan
akhir yang dapat diantisipasi atau diprediksi dan berlangsung <6 bulan.
Batasan
Karakteristik :
·
Perubahan selera makan
·
Perubahan tekanan darah
·
Perubahan frekwensi jantung
·
Perubahan frekwensi pernafasan
·
Laporan isyarat
·
Diaforesis
·
Perilaku distraksi (mis, berjalan mondar-mandir
mencari orang lain dan atau aktivitas lain, aktivitas yang berulang)
·
Mengekspresikan perilaku (mis, gelisah, merengek,
menangis)
·
Masker wajah (mis, mata kurang bercahayam tampak
kacau, gerakan mata berpancar atau tetap pada satu fokus meringis)
·
Sikap melindungi area nyeri
·
Fokus menyempit (mis, gangguan persepsi nyeri,
hambatan proses berfikir, penurunan interaksi dengan orang dan lingkungan)
·
Indikasi nyeri yang dapat diamati
·
Perubahan posisi untuk menghindari nyeri
·
Sikap tubuh melindungi
·
Dilatasi pupil
·
Melaporkan nyeri secara verbal
·
Gangguan tidur
Faktor yang
berhubungan :
·
Agen cedera (mis, biologis, zat kimia, fisik,
psikologis)
|
NOC
v Pain level
v Pain control
v Comfort level
Kriteria
hasil :
v Mampu mengontrol
nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan tehnik nonfarmakologi untuk
mengurangi nyeri, mencari bantuan)
v Melaporkan bahwa
nyeri berkurang dengan menggunakan manajemenn nyeri
v Mampu mengenali
nyeri (skala, intensitas, frekuensi, dan tanda nyeri)
v Menyatakan rasa
nyaman setelah nyeri berkurang
|
NIC
Pain
Management
-
Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, dan faktor
presipitasi
-
Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
-
Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk
mengetahui pengalaman nyeri pasien
-
Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri
-
Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
-
Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain
tentang ketidakefektifan kontrol nyeri masa lampau
-
Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan
menemukan dukungan
-
Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri
seperti suhu ruangan, pencahayaan, dan kebisingan
-
Kurangi faktor presipitasi nyeri
-
Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non
farmakologi, dan interpersonal)
-
Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan
intervensi
-
Ajarkan tentang teknik non farmakologi
-
Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
-
Evaluasi keefektifan control nyeri
-
Tingkatkan istirahat
-
Kolaborasikan denngan dokter jika ada keluhan dan
tindakan nyeri tidak berhasil
-
Monitor penerimaan pasien tentang manajemen nyeri
Analgesic
Administration
-
Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan
derajat nyeri sebelum pemberian obat
-
Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis, dan
frekuensi
-
Cek riwayat alergi
-
Pilih analgesik yang diperlukan atau kombinasi dari
analgesik ketika pemberian lebih dari satu
-
Tentukan pilihan analgesik tergantung tipe dan
beratnya nyeri
-
Tentukan analgesic pilihan, rute pemberian, dan
dosis optimal
-
Pilih rute pemberian secara IV, IM untuk pengobatan
nyeri secara teratur
-
Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian
analgesik pertama kali
-
Berikan analgesik tepat waktu terutama saat nyeri
hebat
-
Evaluasi efektivitas analgesik, tanda, dan gejala
|
3. Intoleransi
aktivitas b.d kelemahan, ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen
Diagnosa
Keperawatan
|
Tujuan dan
Kriteria Hasil
|
Intervensi
|
Intoleransi aktivitas
Definisi : ketidakcukupan energi
psikologis atau fisiologis untuk melanjutkan atau menyelesaikan aktivitas
kehidupan sehari-hari yang harus atau yang ingin dilakukan
Batasan karakteristik :
·
Respon tekanan darah abnormal terhadap aktivitas
·
Respon frekwensi jantung abnormal terhadap aktivitas
·
Perubahan EKG yang mencerminkan aritmia
·
Perubahan EKG yang mencerminkan iskemia
·
Ketidaknyamanan setelah beraktivitas
·
Dispnea setelah beraktivitas
·
Menyatakan merasa letih
·
Menyatakan merasa lemah
Faktor yang berhubungan:
·
Tirah baring atau imobilisasi
·
Kelemahan umum
·
Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen
·
Imobilitas
·
Gaya hidup monoton
|
NOC
v Energy
conservation
v Activity
tolerance
v Self Care : ADLs
Kriteria hasil :
v Berpartisipasi
dalam aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan tekanan darah, nadi, dan RR
v Mampu melakukan
aktivitas sehari-hari secara mandiri
v Tanda tanda
vital normal
v Mmapu berpindah
: dengan atau tanpa bantuan alat
v Status
kardiopulmonari adekuat
v Sirkulasi status
baik
v Status respirasi
: pertukaran gas dan ventilasi adekuat
|
NIC
Activity Therapy
-
Kolaborasikan dengan tenaga rehabilitasi medik dalam
merencanakan program terapi yang tepat
-
Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang
mampu dilakukan
-
Bantu untuk memilih aktivitas konsistensi yang
sesuai dengan kemampuan fisik, psikologi, dan social
-
Bantu untuk mengidentifikasi dan mendapatkan sumber
yang diperlukan untuk aktivitas yang diinginkan
-
Bantu untuk mendapatkan alat bantuan aktivitas
seperti kursi roda, krek
-
Bantu untuk mengidentifikasi aktivitas yang disukai
-
Bantu klien untuk membuat jadwal latihan di waktu
luang
-
Bantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi
kekurangan dalam beraktivitas
-
Sediakan penguatan positif bagi yang aktif
beraktivitas
-
Bantu pasien untuk mengembangkan motivasi diri dan
penguatan
-
Monitor respon fisik, emosi, social, dan spiritual
|
4. Defisiensi
pengetahuan
Diagnosa Keperawatan
|
Tujuan dan Kriteria Hasil
|
Intervensi
|
Defisiensi
pengetahuan
Definisi
: ketiadaan atau defisiensi informasi kognitif yang berkaitan dengan topik
tertentu
Batasan
karakteristik :
·
Perilaku hiperbola
·
Ketidakakuratan mengikuti perintah
·
Ketidakakuaratan melakukan tes
·
Perilaku tidak tepat (mis., hysteria, bermusuhan,
agitasi, apatis)
·
Pengungkapan masalah
Faktor yang
berhubungan:
·
Keterbatasan kognitif
·
Salah interpretasi informasi
·
Kurang pajanan
·
Kurang minat dalam belajar
|
NOC
v Knowledege :
disease process
v Knowledge :
health Behaviour
Kriteria Hasil :
v Pasien dan
keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi, prognosis, dan
program pengobatan
v Pasien dan
keluarga mampu melaksanakan prosedur secara benar
v Pasien dan
keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan perawat/tim kesehatan
lainnya
|
NIC
Teaching
: disease Process
-
Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan pasien
tentang proses penyakit yang spesifik
-
Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana
hal ini berhubungan dengan anatomi fisiologi, dengan cara yang tepat
-
Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit,
dengan cara yang tepat
-
Gambarkan proses penyakit, dengan cara yang tepat
-
Identifikasi kemungkinan penyebab, dengan cara yang
tepat
-
Sediakan informasi pada pasien tentang kondisi,
dengan cara yang tepat
-
Hindari jaminan yang kosong
-
Sediakan bagi keluarga atau SO informasi tentang
kemajuan pasien dengan cara yang tepat
-
Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin
diperlukan untuk mencegah komplikasi di masa yang akan dating dan atau proses
pengontrolan penyakit
-
Diskusikan pilihan terapu atau penanganan
-
Dukung pasien untuk mengekspolarasi atau mendapatkan
second opinion dengan cara yang tepat atau diindikasikan
-
Rujuk pasien pada grup atau agresi di komunitas
lokal, dengan cara yang tepat
-
Instruksikan pasien mengenai tanda dan gejala untuk
melaporkan pada pemberi perawatan kesehatan, dengan cara yang tepat
|
DAFTAR PUSTAKA
Amin Huda Nurarif & Hardhi Kusuma, 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosis Medis dan NANDA NIC NOC Edisi Revisi jilid 2. Yogyakarta :
Mediaction